Selasa, 27 November 2012

Primitif sampai Kapitalism


        Kata primitif sering digunakan untuk suatu kebudayaan atau masyarakat yang hidupnya masih tergantung alam ataupun tidak mengenal dunia luar. Adapun kata primitif ditujukan untuk seseorang yang tidak mempunyai kesopanan dalam perilakunya baik secara verbal maupun secara fisik. Contoh dari tindakan primitif misalnya suatu suku hidupnya bergantung pada alam meskipun dunia luar sudah mengalami modernisasi, ataupun seseorang yang mengucapkan kata-kata kasar kepada orang lain maka orang tersebut akan dianggap primitif.
            Bagi seorang primitif, ilmu merupakan “barang” yang aneh, karena ilmu di anggap di luar dirinya. Orang-orang yang hidup di zaman primitif lebih menggunakan mitos untuk dapat terus hidup.
         Mitos itu sendiri adalah suatu cerita rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos dapat mengacu kepada cerita tradisional yang pada umumnya menceritakan terjadinya alam semesta, dunia dan para makhluk penghuninya, para makhluk supranatural, dan sebagainya. Mitos dapat timbul sebagai catatan peristiwa sejarah yang terlalu dilebih-lebihkan, seperti fenomena alam atau sebagai suatu penjelasan tentang ritual. Mereka disebarkan untuk menyampaikan pengalaman religius atau ideal, untuk membentuk model sifat-sifat tertentu, dan sebagai bahan ajaran dalam suatu komunitas.
            Ilmu pengetahuan mulai berkembang pada zaman Yunani kuno dimana para filsuf mulai menggunakan logika dalam berpendapat, salah satu tokoh yang sangat berpengaruh saat itu adalah Aristoteles. Filsafat semakin berkembang dan mencapai puncak keemasannya ketika zaman Plato. Setelah itu timbullah zaman kegelapan yaitu ketika ajaran agama yang dibawa oleh kaum-kaum gereja mengusai dunia. Terjai banyak peperangan, pembunuhan terhadap filsuf-filsuf yang bertentangan dengan gereja dan pembakaran terhadap karya-karya filsuf Yunani.
            Namun dalam zaman kegelapan muncullah filsafat Islam, dimana para tokoh-tokohnya masih mempertahankan sebagian dari karya-karya filsuf Yunani yang belum di hilangkan oleh kaum gereja. Ketika Islam berkuasa melalui kerajaan Ottoman, filsafat kembali berkembang pesat tanpa harus mengikuti aturan-aturan gereja, yang disebut dalam zaman modern.
            Pada zaman modern atau saat ini, kaum Kapitalism terus berusaha untuk membuat “dunia yang satu”, dunia yang sesuai dengan kepentingan-kepentingannya. Barbagai cara mereka lakukan untuk menguasai dunia, diantaranya melalui Teknologi, Ekonomi dan Politik.
            Menurut Prof. Marsigit, Obama adalah orang yang paling seksi di dunia. Dimana dia adalah simbol         dari Powernow/Kapitalism. Apapun yang dilakukannya pasti mengandung tujuan-tujuan tertentu yang berguna untuk kepentingan dirinya dan kaumnya.
            Ketika teknologi, ekonomi, dan politik yang dibawa oleh kaum Kapitalism masuk kedalam suatu negara maka sudah dipastikan negara tersebut akan menjadi penganut dari sistem Kapitalism. Efek dari penganut sistem Kapitalism adalah degradasinya nilai-nilai spiritual.
            Contonya Indonesia. Negara yang pada zaman Soekarno dikenal dengan “Macan Asia” yang berani mensejajarkan diri dengan Blok Barat maupun Blok Timur sekarang sudah menjadi penganut dari Kapitalism. Banyak budaya-budaya luhur kita yang mulai tergerus oleh budaya asing. Anak-anak sekarang lebih mengerti teknologi daripada jati diri bangsa, lebih menikmati permainan modern daripada permainan tradisional, dan orang tua lebih bangga jika anaknya menguasai bahasa Inggris daripada bahasa ibu.
            Pendidikan adalah salah satu cara yang dilakukan oleh kaum kapitalism dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan. Banyak mahasiswa-mahasiswa, dosen-dosen dan para ahli pendidikan diberikan beasiswa belajar di Amerika yang kemudian secara tidak langsung dapat mempengaruhi sistem pendidikan kita. Dan inilah yang sedang terjadi, dimana sejak era presiden Habibie pendidikan kita berbasis pada teknologi dan industri.
            Menurut saya, tidak apa jika pendidikan kita berbasis pada teknologi dan industri, asalkan tidak menghilangkan nilai-nilai agama dan budaya. Dimana nilai-nilai agama dan budaya tetap di prioritaskan dalam pelaksanaannya, khususnya pada tingkat sekolah dasar (SD) sampai tingkat atas (SMA). Yang terjadi saat ini adalah pendidikan berbasis teknologi dan industri di prioritaskan dengan mengambil jatah jam pelajaran yang mengandung nilai agama dan budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar