Senin, 07 Januari 2013

KETENANGAN DALAM DIRI, KEBAHAGIAAN DALAM MENJALANI, DAN KEMUDAHAN DALAM BERBAGI



Oleh: Obi Ichwan Herdayanto
Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, MA


BAB I
PENDAHULUAN

          Sebagai seorang manusia, kita terlahir dengan karakteristiknya masing-masing. Ada yang secara alamiah diturunkan dari orang tuanya dan ada yang berkembang sesuai dengan lingkuangannya. Karakter yang diturunkan dari kedua orang tua biasanya merupakan basic atau dasar dari karakter kita. Sedangkan karakter yang kita peroleh dari luar (dipengaruhi lingkungan) biasanya menjadi suatu kepribadian yang terus berkembang.
            Karakter itu sendiri adalah adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter/ kepribadian dapat menjadi kunci sukses seseorang dalam menjalani hidup.
            Bagi seorang muslim, kunci untuk mempunyai karakter/kepribadian yang baik ada dua unsur, yaitu iman dan kekuatan. Jika hanya beriman tanpa kekuatan, maka ia akan menjadi pribadi yang lemah. Sedangkan jika hanya memiliki kekuatan tanpa iman maka ia hanya akan mengikuti hawa nafsunya saja dalam menjalani hidup. Rasulullah saw bersabda:
      “Orang yang berakal adalah orang yang menguasai nafsunya serta beramal untuk   kehidupannya setelah mati. Sementara orang yang lemah adalah   orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsu lantas kepada Allah menaruh impian dan angan-angan”.

            Hasyim (2007) mengatakan bahwa iman adalah sumber kekuatan. Seseorang yang beriman tidak bersandar kepada siapapun kecuali Tuhan-Nya. Kekuatan itu tak berasal dari mana pun selain dari Nya. Manakala seorang manusia bertawakal kepada Allah, maka cukup Dia yang menjadi wakilnya. Allah SWT menerangkan “barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Dia akan mencukupinya”.
            Kekuatan iman seseorang dapat dilihat dari bagaimana dia mencintai Allah serta Rasul-Nya, karena seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya maka secara tidak langsung dia akan mencintai segala ciptaan-Nya juga. Berdasarkan iman itulah dia membangun hubungan yang baik dengan ciptaan-Nya sesuai apa yang diajarkan dalam agamanya.
            Kekuatan iman dapat juga menjadikan seseorang menjadi pribadi yang konsisten, artinya dia tidak akan mudah tergoyah oleh kerasnya kehidupan. Baik dalam keadaan senang, sedih, diberi kesulitan maupun diberi kemudahan, dia tidak akan tergoyah (selalu konsisten).
            Diera modern seperti, dimana pengaruh budaya luar masuk secara bebas, kekuatan iman merupakan benteng terbaik bagi kita untuk tidak terus terbawa didalamnya. Era modern memang tidak semuanya buruk, ada banyak hal yang memiliki kebermanfaatan yang dapat kita ambil. Misalnya internet, bermanfaat jika kita menggunakannya sesuai ajaran agama, tetapi akan menjadi berbahaya jika kita menggunakannya untuk kepentingan hawa nafsu. Sifat kontradiktif selalu ada dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu kekuatan iman sangatlah penting bagi kita untuk dapat memilah dan memilih mana yang terbaik untuk diri kita.
            Budaya yang saat ini berkembang adalah budaya yang dibawa oleh kaum-kaum kapitalsm. Dimana kebutuhan hedonism menjadi tujuan utama dari kebutuhan manusia itu sendiri. Investasi, teknologi, ekonomi, dan politik dijadikan senjata oleh kaum kapitalism dalam mempengaruhi jati diri suatu bangsa. Banyak bangsa yang sedang berkembang masuk dalam perangkapnya, termasuk Indonesia. Dimana nilai-nilai spiritual di negara ini telah tergusur oleh kepentingan-kepentingan kaum kapitalsm. Contohnya Pesantren, yang notabene merupakan tempat menuntut ilmu agama, kini dikonotasikan sebagai sarang teroris.
            Jika ini terus berkembang, apalagi saat ini pengaruh kaum kapitalism telah masuk dalam dunia pendidikan, maka tidak lama lagi negara ini akan hancur menjadi negara tidak bermoral dan spiritual. Oleh sebab itu kita semua harus introspeksi diri dan kembali kepada ajaran agama.
            Introspeksi yang dilakukan dari hati yang tulus, iman yang kuat, serta akidah sesuai ajaran agama dapat membuat ketenangan diri (jiwa). Bagi seorang muslim, shalat adalah bagian dari cara kita mendapatkan ketenangan jiwa. Jiwa yang tenang akan memberikan kejelasan dalam hidup. Hasyim (2007) menjelaskan bahwa “Dengan ketenangan itu tumbuhlah keberanian dan ketegaran. Ketenangan itu pula yang membersihkan perilaku, sehingga menjadi lebih bijaksana, damai, teliti, serta jeli dalam berbagai hal. Ketenangan jiwa juga bisa menjadikan pemikiran yang berimbang, adil, serta matang”.
            Adapun sumber ketenangan itu adalah Al-Qur’an, seperti hadits yang diriwatkan oleh Muslim:
            “Suatu kaum yang berkumpul dirumah dari beberapa rumah Allah, lantas mereka membaca kitab Allah serta mempelajarinya, maka tak pelak lagi, ketenangan akan diturunkan kepada mereka. Merekapun akan dilingkupi rahmat, serta dijaga para malaikat. Allah pun akan senantiasa mengingat mereka”


BAB II
ISI

        Menjadi seorang pribadi yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama bukanlah perkara yang mudah. Banyak godaan dan cobaan yang datang silih berganti. Oleh sebab itu diperlukan dasar-dasar kepribadian/karakter yang kuat dari seseorang agar dapat menjalani kehidupan itu sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki. Adapaun dasar-dasar tersebut akan saya jelaskan berikut.
  1. AKIDAH
      Secara etimologi akidah berasal dari kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
      Sedangkan menurut terminologi akidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang menyakininya. Dengan kata lain, seseorang yang telah memiliki keimanan yang teguh maka dia tidak akan pernah meragukan apa-apa yang telah di yakininya.
     Akidah erat kaitannya dengan agama, karena dari agamalah keimanan seseorang itu tumbuh dan berkembang. Pada dasarnya semua manusia terlahir dalam keadaan yang suci, Allah SWT menegaskan:
      “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah       atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia. Tidak ada perubahan   fitrah kepada Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak menyakininya”.

        Perubahan manusia dalam menjalani kehidupan sangatlah dinamis, seseorang dapat merubah sifat baik menjadi sifat buruk hanya dalam hitungan detik. Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan tersebut, salah satu diantaranya adalah godaan syaitan. Syaitan merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah, namun karena sifatnya yang iri kepada manusia dan menolak untuk taat kepada Allah maka syaitan bersumpah akan menjerumuskan manusia agar masuk kedalam golongannya.
       Syaitan dalam usahanya menjerumuskan manusia terkadang menggunakan tipu-tipu atau kenikmatan dunia agar manusia lupa kepada kewajibannya sebagai makhluk Allah. Adapun dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa:
      “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan   kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”. (Al-An’am: 112).

       Manusia sudah saatnya sadar bahwa apa yang kita cari dalam dunia ini bukanlah semata-mata urusan dunia saja, melainkan ada urusan akhirat pula yang perlu kita lakukan. Oleh sebab itu diperlukan akidah yang benar, yang dilakukan sesuai dengan ajaran-Nya. Arti akidah yang benar itu sendiri adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, ketentuan dan takdir.
     Fenomena yang sedang berkembang saat ini adalah dimana banyak orang-orang yang mengaku beragama tetapi tidak menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai makhluk beragama. Misalnya yang terjadi di negara kita sendiri, banyak orang-orang yang “melek” dalam agama tetapi masih melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Bahkan dalam sebuah survey dikatakan bahwa kementrian terkorup adalah kementrian agama. Celakalah negeri ini, dimana orang-orang yang dipercaya mengurusi agama malah melakukan KKN.
      Negara ini seperti telah kehilangan arah, seperti sudah tidak percaya satu sama lain. Seperti yang dikatakan oleh Bang Karni, “jika legislatif, yudikatif, dan eksekutifnya sudah korup, lalu siapa lagi yang harus kita (masyarakat) percayai”.
Akan tetapi, sebagai masyarakat yang peduli terhadap nasib bangsa, kita tidak boleh menyerah kepada hal-hal yang tidak baik. Kita harus tetap optimis untuk generasi yang akan datang.
        Dengan besarnya pengaruh globalisasi yang telah masuk kesegala system negeri ini, baik melalui system pendidikan, perdagangan, budaya, teknologi, bahkan sampai agama, maka sudah saatnya kita kembali kepada akidah yang benar. Pendidikan kita harus kembali kepada jati diri bangsa, yang bertujuan untuk menjadikan manusia Indonesia yang cerdas dan beragama.
        Dunia pendidikan saat ini memang berkembang pesat, namun perkembangan itu hanya meliputi bagian kecerdasannya saja tetapi tidak dibarengi dengan pendidikan moral dan agama. Banyak siswa maupun mahasiswa kita yang berprestasi di tingkat internasional, tetapi siswa dan mahasiswa kita yang moralnya hancur itu jauh lebih banyak. Misalnya ketika anak usia sekolah dasar sudah mulai merokok, usia sekolah tingkat pertama sudah melakukan tawuran pelajar, usia sekolah tingkat atas sudah melakukan seks bebas, dan usia mahasiswa sudah sangat bebas tidak terkontrol baik dalam perilaku seks bebas maupun narkoba.
       Kita memang tidak bisa menyalahkan salah satu pihak saja, kesalahan yang terjadi pada perkembangan moral dan mental seorang anak adalah tanggungjawab kita semua. Setiap orang dewasa semestinya bertanggungjawab atas perkembangan anak-anak disekitarnya. Orang dewasa harusnya menjadi suri tauladan bagi anak-anak disekitarnya, bukan menjadi contoh yang tidak baik untuk mereka.
       Oleh sebab itu, pendidikan di Indonesia harusnya mampu mengedepankan perkembangan moral dan spiritual sebelum perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif yang lebih cepat daripada moral maupun spiritual dapat menyebabkan seorang anak/siswa menjadi apatis (kurang peduli dengan lingkungan sekitar), dan menjadi pribadi yang kurang peka dengan keadaan-keadaan sosial. Hal ini disebabkan karena setiap anak/siswa telah dibebani berbagai macam kegiatan pelajaran yang menyebabkan kurangnya waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
        Apalah arti cerdas jika tidak dibarengi dengan moral dan spiritual. Padahal dengan berpegang teguh kepada agama kita mampu menghindari dari perilaku-perilaku yang tidak baik. Albert Einstein pernah mengatakan “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh” Ada dua entry point disini pertama tentang pentingnya agama untuk melambari ilmu pengetahuan dan yang kedua perlunya ilmu dalam pengamalan agama.

  1. BERILMU
            Islam menjelaskan bahwa ilmu dapat membukakan jalan kebenaran dan kebajikan, menerangi jalan-jalan kehidupan, sehingga ia bisa melewatinya dibawah petunjuk, penuh ajaran-ajaran kedamaian (Hasyim, 2007:32).
            Dengan kedudukan ilmu yang begitu penting, bahkan ayat-ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah Saw adalah perintah untuk mencari ilmu. Allah SWT berfirman:
            “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yaitu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajarkan dengan pena. Yaitu mengajari manusia apa    yang tidak diketahuinya”.
            Selain itu, jalan ke surga pun terbentang karena sebuah ilmu, dalam hadits disebutkan,
            “Barangsiapa yang menempuh perjalanan untutk mencar ilmu, maka Allah           memudahkan baginya jalan ke surga. Dan suatu kaum yang berkumpul di sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, lantas mereka membaca kitab Allah serta mempelajarinya, maka para malaikat akan melingkupi mereka, ketenangan pun turun kepada mereka, mereka dilindungi rahmat-Nya, dan Allah menyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya”.

            Dari hadits tersebut dapat kita artikan bahwa ilmu yang dipelajari dan disertai agama akan membawa kita kedalam suatu ketenangan. Ilmu dapat membuat kita lebih percaya diri, menjauhkan kita dari tipu daya syaitan.
       Pada dasarnya semua ilmu berasal dari Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.” (Al-Baqarah: 32). Dalam islam cara mencari ilmu terbagi menjadi dua macam, yaitu wahbiy dan kasbiy. Wahbiy adalah ilmu yang didapat tanpa melalui tahapan belajar dan kasbiy adalah ilmu yang didapat melalui usaha belajar.
a.      Ilmu Wahbiy
       Wahbiy terdari dari dua macam, yaitu ilmu syari’at dan ma’rifat. Ilmu syari’at adalah yaitu ilmu tentang perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (wahyu tasyri'), baik yang langsung dari Allah maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril. Jadi semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam As hingga Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman: "Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." (Al-Kahfi: 65). Ilmu syari'at ini sifatnya kebenarannya mutlak, wajib dipelajari dan diamalkan oleh setiap mukallaf (baligh dan mukallaf) sampai datang ajal kematiannya.
      Sedangkan ilmu ma’rifat adalah ilmu tentang sesuatu yang ghaib melalui jalan kasyf (wahyu ilham / terbukanya tabir ghaib) atau ru'ya (mimpi) yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hambaNya yang mukmin dan shalih.
        Ilmu kasyf inilah yang dimaksud dan dikenal dengan julukan "ilmu laduni" di kalangan ahli tasawuf. Sifat ilmu ini tidak boleh diyakini atau diamalkan manakala menyalahi ilmu syari'at yang sudah termaktub di dalam mushaf Al-Qur'an maupun kitab-kitab hadits. Menyalahi di sini bisa berbentuk menentang, menambah atau mengurangi.
b.      Ilmu Kasbiy
      Adapun bagian kedua yaitu ilmu Allah yang diberikan kepada semua makhluk-Nya melalui jalan kasb (usaha) seperti dari hasil membaca, menulis, mendengar, meneliti, berfikir dan lain sebagainya.
      Ilmu inilah yang secara umum kita pelajari atau bisa dikatakan sebagai ilmu pengetahuan, seperti ilmu alam, sosial, matematika, dan lain-lain. Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
       Dari kedua ilmu yang telah dijelaskan diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa semua ilmu pada dasarnya berasal dari Allah SWT, hanya cara mendapatkannya saja yang berbeda tergantung bagaimana ikhtiar kita.
        Jika Allah menghendaki, tanpa belajar pun seseorang dapat berilmu. Dan jika Allah tidak menghendaki, sekuat apapun usaha manusia belajar maka ia tidak akan mendapatkan ilmu. Itulah yang harus kita sadari, jangan karena telah memiliki banyak ilmu kita lupa akan hakekat manusia sebagai makhluk Allah.
           
  1. IBADAH
       Ibadah merupakan salah dasar kepribadian seseorang, karena dengan beribadah seseorang dapat memupuk perilakunya sesuai dengan akidah. Beribadah adalah salah satu bentuk rasa syukur kita kepada Tuhan. Bentuk kita mengingat Tuhan dan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
     Setiap agama memiliki cara yang berbeda dalam beribadah, tetapi tujuannya sama saja, yaitu melaksanakan kewajiban sebagai makhluk Tuhan. Beribadah dapat membuat perasaan menjadi tenang dalam menjalani hidup, lebih percayai diri dalam menghadapi masalah, dan tidak buru-buru dalam mengambil keputusan.
          Manusia dalam hidup tidak akan pernah terlepas dari permasalahan-permasalahan yang menyertainya. Tuhan menciptakan segala sesuatu bagi manusia pasti ada kontradiksinya, seperti baik-buruk, benar-salah, dan lain-lain. Kesemuanya itu tidak mungkin Tuhan ciptakan tidak mengandung kebermanfaatan. Setiap ciptaan Tuhan memiliki manfaat sendiri-sendiri, misalnya kebahagian menuntut kita untuk terus bersyukur kepada Tuhan agar tidak menjadi kufur nikmat. Sedangkan kesusahan menuntut kita untuk terus bersabar dan berusaha agar menjadikan hidupnya lebih baik lagi. Dalam senang ataupun susah cobaan Tuhan tetap ada dan harus kita lewati sebaik mungkin.
          Ibadah adalah satu cara terbaik dalam upaya menyelesaikan permasalahan hidup. Beribadah adalah upaya kita menyerahkan diri kepada Tuhan, berpasrah diri setelah berusaha. Setiap usaha yang kita lakukan terdapat faktor-faktor kehendak Tuhan yang tidak bisa kita pungkiri, peribahasa mengatakan setiap keberhasilan manusia itu 99 persen adalah hasil usaha dan 1 persennya adalah doa. Artinya ibadah itu penting bagi kehidupan manusia, tanpa ibadah maka kita tidak akan mendapatkan keberhasilan.
           Bagi seorang muslim, beribadah terdapat dua hukum, yaitu ibadah wajib dan ibadah sunnah. Ibadah wajib adalah ibadah yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan jika tidak dilakukan akan mendapatkan dosa. Sedangkan ibadah sunnah adalah ibadah yang jika dilakukan mendapatkan pahala dan jika tidak dilakukan tidak apa-apa (tidak mendapat dosa). Contoh ibadah wajib adalah shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan, dan contoh ibadah wajib adalah shalat sunnah dan puasa senin-kamis.
           Shalat bisa dikatakan ibadah seorang muslim yang utama, karena perintah untuk melaksanakan shalat 5 waktu “diturunkan” langsung oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
           Shalat memiliki banyak keutamaan, bagi seseorang yang melaksanakan shalat sungguh-sungguh maka akan merasakan kebahagiaan yang sangat indah dan nikmatnya shalat tersebut. Sehingga tatkala takbiratul ikhram (Allahu Akbar), maka saat itu mereka akan segera tenggelam dalam keindahan dan kenikmatan tersebut. Akan mendapatkan kesejukan dan kedamaian yang luar biasa muncul dalam lubuk hatinya (Imam Musbikin, 2007:27).
           Kekayaan jiwa yang dimiliki karena selalu beribadah kepada Allah merupakan kebahagiaan yang luar biasa. Orang yang yang memiliki kekayaan jiwa maka dalam hidupnya dia tidak hanya akan mengejar materi, keutamaan akhirat adalah prioritasnya. Dia tidak akan pernah merasa kekurangan dalam materi, selalu mensyukuri apa yang dia punya karena orang yang kaya jiwa akan ikhlas dengan apa yang ada ditangannya. Abu Hurairah meriwayatkan dalam sebuah hadits Nabi.,
      “Kekayaan itu bukanlah yang banyak harta bendanya, malainkan kekayaan itu adalah kekayaan jiwa”.
       Selain beribadah kepada Allah, kita sebagai manusia harus mampu menjaga hubungan baik dengan sesama. Menjaga hubungan baik merupakan kodrat kita sebagai makhluk sosial, yaitu mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri. Sehebat apapun seorang manusia, ia tetap akan membutuhkan bantuan dari orang lain dalam menjalani hidupnya.
       Namun dalam realita kita tidak boleh berpangkutangan kepada orang lain, menggantungkan hidup kepada orang lain. Kita harus tetap berusaha keras dalam memenuhi kehidupan kita sehari-hari. Berhubungan dengan orang lain/ bersilaturahmi kita lakukan untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, hal-hal baru yang dapat membuat hidup kita lebih bervariatif.
          Dalam pergaulan sehari-hari biasanya terdapat aturan-aturan yang mengikat, baik berupa hukum atau norma atau adat yang mengatur didalamnya. Kita tidak dapat seenaknya saja dalam pergaulan. Beragamnya karakter individu dan beragamnya aturan yang ada harus bisa kita sesuaikan dengan diri agar tidak terjadi suatu benturan yang dapat menyebabkan keresahan dalam masyarakat.
            Perbedaan pasti ada, tetapi jangan sampai perbedaan itu menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan silaturahmi. Perbedaan hendaknya kita jadikan sebagai motivasi dalam pembentukan karakter suatu lingkungan yang hangat dan penuh toleransi. Perbedaan memang memiliki kesensitifan, yang jika tidak di jaga dapat menyebabkan konflik yang dapat mengganggu hubungan antar manusia.
            Toleransi antar ummat beragama adalah salah satu bentuk toleransi yang saat ini masyarakat kita tumbuhkan. Berbagai konflik yang sudah terjadi merupakan pelajaran yang sangat penting dan berharga bagi kita dan generasi yang akan datang dalam melihat suatu perselisihan antar umat beragama. Kita tidak boleh mudah terpancing oleh provokasi-provokasi yang dilakukan oleh suatu oknum yang tidak ingin adanya kerukunan antar umat beragama.
            Agar tidak mudah terpancing oleh provokasi-provokasi kita harus kembali berpegang teguh kepada ajaran agama masing-masing, karena pada dasarnya setiap agama yang dibawa oleh Nabi dan Rasul mengajarkan tentang kecintaan kita kepada Allah, para Nabi dan Rasul, Malaikat, dan kecintaan kepada sesama makhluk Allah. Agama juga mengajarkan tentang perdamaian, toleransi dan tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi.

  1. FILSAFATKU
            Setelah membahas tiga (3) komponen dasar yang harus di lakukan agar menjadi pribadi yang baik, yang sesuai dengan hakekat manusia yaitu Aqidah, Ilmu dan Ibadah. Lalu dimana filsafat saya, bagaimana pola pikir saya dalam menjalani kehidupan ini.
  1. Definisi Filsafat
            Menurut Plato, filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles mengatakan filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
            Immanuel Kant (1724-1804) menjelaskan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan. (1) Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika); (2) Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika); (3) Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama); (4) Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi). Prof. Dr. Ismaun, mengatakan bahwa Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati).
            Menurut Prof. Dr. Marsigit, filsafat yaitu berusaha untuk menerjemahkan dan diterjemahkan segala hal yang ada dan yang mungkin ada. Apapun dapat kita pikirkan dan kita terjemahkan maupun diterjemahkan, terkecuali Tuhan. Ilmu filsafat tidak dapat mengartikan Tuhan, karena filsafat tidak dapat mencapai nilai-nilai spiriritual.

  1. Adalah “Nol”
            Ketika mengawali perkuliahan filsafat banyak sekali hal-hal yang dikemukakan Prof. Marsigit yang benar-benar tidak pernah saya pikirkan sebelumnya, dan tidk yang sedikit yang bertentangan dengan pemikiran saya selama ini. Misalnya ketika membahas mengenai “dimensi-dimensi”. Ini merupakan hal baru yang saya ketahui dan sampai saat ini masih membingungkan saya. Saya masih belum bisa memahami dimana letak perbedaan dianatara dimensi formal, material dan normatif.
            Pada awalnya saya mengalamibanyak kesulitan dalam mempelajari filsafat yang dibawa oleh Prof. marsigit karena banyaknya pemikiran-pemikiran yang beliau sampaikan bertentangan denga pemikiran saya. Tetapi di pertengahan perkuliahan saya coba untuk “bersahabat” dengan filsafat, saya mencoba untuk lebih membuka pola pemikiran saya dengan tidak menghadirkan egoisitas pemikiran saya. Jika saya terus egois dan tidak menerima pemikiran orang lain walaupun pemikiran itu tidak sesuai dengan pemikiran saya maka saya tidak akan mendapatkan apapun setelah perkuliahan.
            Persahabatan dengan filsafat mulai saya rasakan berbagai manfaatnya, salah satunya adalah pola pikir saya lebih mendalam, tidak hanya berdasarkan logika ataupun perasaan saja, melainkan menggabungkan logika dengan perasaan dan didukung oleh berbagai pandangan pihak kedua (orang lain atau sumber ilmu lainnya).
            Oleh sebab itu saya lebih suka menjadikan diri saya “nol” dalam menghadapi suatu permasalahan. “Nol” disini bukan berarti saya tidak memiliki dasar apapun dalam menghadapi suatu permasalahn, melainkan mencoba memulai dari awal, dari pikiran jernih, pikiran yang belum terpengaruh oleh keadaan yang sedang dialami.
            Filsafat yang ada selalu mengandung kontradiktif-kontradiktifnya, yang biasa kita kenal dengan anti-filsafat. Perbedaan ini banyak mengandung unsur kepentingan-kepentingan tertentu. Misalnya ketika era gereja menguasai Eropa, yang disebut era kegelapan dalam filsafat. Hal ini karena banyaknya filsuf-filsuf yang dibunuh ketika pemikirannya bertentangan dengan gereja dan pembakaran atas karya-karyanya. Kaum gereja menginginkan “dunia yang satu” dimana semua pemikiran-pemikiran, kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan itu berjalan sesuai dengan keinginan mereka.
            Ketika kaum-kaum gereja menguasai Eropa pada khususnya, banyak diantara karya-karya filsuf yang diselamatkan oleh kaum Muslim dan dibawanya ke daerah Timur Tengah. Dari sinilah awal mula perkembangan filsafat berjalan kembali ditambah dengan runtuhnya kekuatan gereja yang dikalahkan oleh kerajaan Ottoman Turki.
            Perbedaan/kontradiktif akan selalu ada mengiringi kehidupan kita, kita tidak dapat menghindarinya. Akan tetapi kejadian-kejadian tadi harusnya membuka mata kita akan pentingnya suatu toleransi. Toleransi adalah jalan terbaik menghadapi suatu perbedaan, toleransi membawa kita kedalam kehidupan yang lebih beragam, saling menghormati dan saling menghargai dengan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.
            Perbedaan bukan hambatan bagi kita untuk lebih maju, tetapi perbedaan sudah saatnya kita jadikan sebagai awal untuk menjadikan hidup lebih baik. Jika dilihat dari hakekatnya, manusia itu tidak ada yang sama, setiap manusia memiliki keunikannya masing-masing, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh sebab itu toleransi harus kita kedepankan dalam menjalani kehidupan ini.

  1. Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu
            Sesungguhnya seluruh ciptaan Allah di semesta ini memiliki manfaatnya masing-masing. Tiada ciptaan Allah yang tidak bermanfaat, termasuk mempelajari filsafat. Manfaat yang saya rasakan sendiri setelah mempelajari filsafat adalah pola pikir saya menjadi lebih kritis dalam menerima ilmu atau pengetahuan-pengetahuan baru. Saya menjadi tidak mudah percaya dalam menerima informasi yang bersifat baru. Hal ini sangat berbeda dengan yang saya lakukan sebelum mempelajari filsafat.
            Sebelum mempelajari filsafat, saya sangat mudah menerima dan mempercayai informasi-informasi yang bersifat baru, dan terkadang saya berbangga dengan informasi baru yang saya dapatkan walaupun belum diuji kebenarannya. Tetapi saat ini kebiasaan lama itu perlahan telah berkurang, saat ini saya lebih suka membawa informasi-informasi baru yang saya dapatkan kedalam pemikiran yang lebih mendalam, diuji dengan pemikiran kritis saya apakah informasi tersebut bisa saya percayai atau tidak.
            Selain itu hal yang saya rasakan dalam mempelajari filsafat adalah saya dapat merasakan keagungan Allah SWT dan ciptaan-Nya dan bagaimana cara menghargai waktu. Filsafat membawa saya lebih mendalami lagi pemikiran-pemikiran pribadi, membandingkan dengan pemikiran orang lain dan menentukan formula terbaik untuk langkah sejauhnya.
            Dunia ini sempit jika dibandingkan dengan pemikiran kita, yang saya alami sejauh ini adalah dimana pemikiran saya masih “liar diluar sana”. Tidak terfokus pada satu tujuan. Setelah mempelajari filsafat, pemikiran mentah yang ada pada diri dapat kita matangkan dengan cara berpikir lebih dalam lagi. Pemikiran lebih dalam menurut saya adalah bagaimana kita berkomunikasi dengan hati. Mempertanyakan segala permasalahan kepada hati dan menjawab segala permasalahan dengan hati.
            Diriwayatkan dari sahabat Anas, dari Nabi SAW, beliau menegaskan “Iman seorang hamba tak akan lurus sebelum hatinya lurus”. Dalam sebuah hadits disebutkan
            “ketahuilah, bahwa sesungguhnya dalam sebuah tubuh itu ada segumpal   daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh menjadi baik, namun bila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.”

            Oleh karena itu mempelajari ilmu itu harus didasari oleh hati yang ikhlas, karena ilmu yang didapatkan atas dasar hati yang ikhlas akan membawakan ketenangan dalam diri, kebahagian dalam menjalani, dan kemudahan dalam berbagi.


BAB III
KESIMPULAN

            Dari penjelasan diatas, yang membahas mengenai Aqidah, Ilmu, Ibadah, dan filsafat maka kita dapat mengambil keterkaitan satu sama lain. Keempat aspek tersebut menurut saya adalah faktor-faktor yang sangat penting dalam menjalani kehidupan, faktor yang dapat menentukan sukses atau tidaknya kita dalam menjalani kehidupan ini.
            Aqidah misalnya, merupakan suatu komponen dasar manusia dalam mencapai kebahagian baik secara individu maupun bermasyarakat, orang yang mempunyai aqidah yang baik maka ia dapat menjalankan kebutuhan diri sebaik mungkin, baik itu kebutuhan ibadahnya kepada Allah SWT maupun kebutuhan bermasyarakat dengan lingkungan sekitar.
            Sedangkan ilmu adalah bekal dalam bermasyarakat, ilmu merupakan pegangan dalam berargumen maupun benteng dalam menerima sesuatu yang bersifat baru. Ilmu yang telah didapat akan membuat seseorang menjadi lebih percaya diri, dan meninggikan derajat kita dihadapan Allah SWT.
            Adapun Ibadah adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT. Ibadah yang dijalankan dengan ikhlas akan membawa kita kedalam ketenangan hati, dan terjauh dari godaan syaitan.
            Dan filsafat adalah olah pikir kritis kita dalam menjalani hidup. Filsafat melatih kita untuk berpikir lebih mendalam dalam menghadapi suatu permasalahan. Filsafat berusaha untuk menerjemahkan dan diterjemahkan segala hal ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu filsafat sangat penting dalam membangun maupun mengembangkan suatu disiplin ilmu.



DAFTAR PUSTAKA

Belajar Islam. (2010). Definisi Aqidah. Diambil pada tanggal 3 Desember 2012, dari             http://pasyabrilian.blogspot.com/2010/04/definisi-aqidah.html

Cumsumptive.com. (27 November 2011). Pengertian Filsafat- Definisi Filsafat        Menurut Para Ahli. Diambil pada tanggal 20 Desember 2012, dari http://www.consumptive.net/2011/11/pengertian-filsafat-definisi-filsafat.html

Hasyim, Ahmad Umar. (2007). Menjadi Muslim Kaffah Berdasarkan Al-Qur’an Dan Sunnah Nabi SAW. Yogyakarta: MITRA PUSTAKA.


Musbikin, Imam. (2007). Rahasia Shalat Bagi Penyembuhan Fisik Dan Psikis. Yogyakarta: MITRA PUSTAKA.

Wikipedia.org. (2 Mei 2010). Laduni. Diambil pada tanggal 3 Desember 2012, Diambil dari     http://id.wikipedia.org/wiki/Laduni

Wikipedia.org. (14 Desember 2012). Ilmu. Diambil pada tanggal 20 Desember 2012, Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu#cite_ref-1

Wikipedia.org. (16 November 2012). Setan. Diambil pada tanggal 3 Desember 2012, Diambil  dari http://id.wikipedia.org/wiki/Syaitan

Wikipedia.org. (29 Oktober 2012). Aqidah. Diambil pada tanggal 3 Desember 2012, Diambil dari http://id.wikipedia.org/wiki/Akidah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar